Rabu, 27 Februari 2013

AKU DAN AYAHKU (My dad=my hero)


Kali ini aku ingin menulis sedikit tentang ayahku. Berharap aku tidak akan menangis ketika menulis ini..

Ayahku..
Adalah terlahir dari keluarga yang agamis di kampung halamannya. Kakekku, ayah dari bapakku adalah seorang Kyai, yang juga merupakan pensiunan guru agama. Sebagian besar saudara ayahku adalah guru agama. Begitu pula dengan ayahku. Sebuah pekerjaan yang amat sangat mulia di mataku. Walaupun aku tidak mengikuti jalannya, tapi semoga apa yang telah beliau ajarkan selama “kebersamaan kami” yang kurasa sangat singkat, bisa ku lakukan. Intinya, ayahku , teladanku.

Ayahku..
Mungkin yang pertama ingin kuucapkan adalah rasa terima kasihku yang teramat dalam kepadanya. Terima kasih telah menjadi seorang ayah yang super super sabar kepada anak-anaknya. Beliau tidak pernah marah kepadaku kecuali kalau memang aku amat sangat keterlaluan. Tapi yang kuingat, selama 21 tahun aku bersamanya, hanya 2 kali aku ditegur (dan itu bukan kategori marah, menurutku). Yaitu ketika aku pergi bersama teman-teman kost ke Jogja dan karena sesuatu hal di jalan, terpaksa sampai rumah jam 2 malam (yang ku tangkap sebenarnya hanyalah kekhawatiran beliau). Tapi saya memang salah. Oia, satu lagi kelakuan (konyolku) yang bikin bapak negur aku, nyemplung di bak mandi waktu masi SD (Lagaknya si mau renang, tapi…salah tempat kayana. Huhuhuhu..)

Seperti yang udah ku ceritakan dulu-dulu, sejak umur 12 tahun aku uda ga dirumah. Sejak kelas 1 SMP aku “diungsikan” ke Blora. Hanya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik saat itu. Otomatis sejak saat itu sampai sekarang aku memang jarang di rumah. Itulah yang membuatku merasa sangat menyesal, karena sebagai anak belum bisa membahagiakan orang tua, terlalu sedikit waktu untuk mereka. Untungnya, seminggu sebelum bapak meninggal, Allah mengijinkanku untuk berada dirumah menemani beliau (yang sebenarnya pada saat itu mungkin sesungguhnya sedang sakit). Itu sedikit bisa mengobati hatiku. Terima kasih ayah, ketika menjelang saat itu, ketika kau sedang sakit dan tidak ingin makan apa-apa, engkau malah malah menginginkan mie instan telor plus “ijo-ijo” masakanku (bisanya itu.bodohnya aku. huhuhu)

Ayahku..
Adalah orang yang sangat ramah, senyum tidak pernah lepas dari bibirnya. Hanya naik motor 1 atau 2 kilo saja ayahku bisa jadi pencet klakson berkali-kali, mengucap “ monggo”, atau sekedar menganggukkan kepala setiap kami berpapasan dengan orang yang kami kenal. Itulah “budaya” yang diajarkan ayah kepadaku. Untuk tetap bersikap hangat kepada seseorang, meskipun mungkin orang itu tidak berbuat baik kepada kita.

Ayahku.. Kata orang-orang engkau itu orang yang sabar sekali, “grapyak”, ga pernah marah, “nggenah” dengan orang.. itu kata mereka..

Dan Kini, Tahukah kamu, ayah??? (kali ini aku berbicara kepadamu..)

Mereka mengatakan padaku, mereka menyayangkan kenapa engkau berpulang terlalu cepat..Di usia yang masi 53 tahun. Kenapa begitu mendadak..
Aku menjawab mereka “ Mungkin sudah jalan nya seperti itu. Itu yang terbaik. Kematian tidak bisa diundur barang sedetik pun. Doakan saja ayah bahagia disana dan ibu serta kami yang masih kecil-kecil dapat tabah dan mampu bertahan”.

Ayah, andai engkau tahu..
Mereka menceritakan kembali tentang kisah mereka bersamamu ayah..Mereka menceritakan segala kenangan baik, apa yang telah engkau berikan selama bergaul dengan mereka. Mereka menangis , ayah.. Pernah ada seorang nenek-nenek yang kudatangi saat aku memberikan zakat, yang kemudian tahu bahwa aku adalah putrimu. Dia menangis terisak-isak begitu tahu akan hal itu, kemudian nenek itu memelukku dan menciumku berkali-kali sambil menangis. Tidak dilepaskan tubuh ini. Beliau memelukku sambil bercerita tentangmu dan menyayangkan kepergianmu. Dan itu berlangsung sekitar setengah jam.Akhirnya aku dan nenek itu malah menangis berdua. Mungkin beliau kasihan dengan aku, ayah..

Ayah, aku banyak menerima kebaikan orang di sekitarku. Hanya karena mereka tau aku adalah putrimu. Ketika naik bis kemain, ketika aku hendak pulang rumah dari Semarang, ada ibu-ibu memberikan salak kepadaku, 1 kilo pula. Ada juga yang membayar ongkos bisku. Itu rasanya luar biasa sekali ayah. Aku tidak memandang dari pemberiannya. Luar biasa, karena orang begitu “care” kepadaku hanya karena “sesuatu (kesan)" yang telah kau tinggalkan kepada mereka. itu Semakin meyakinkanku bahwa engkau adalah orang yang istimewa. Terkenal akan kebaikan dan keramahannya. Dan aku merasa  wajib ain untuk meneladanimu, ayah…

Ayah, Terima kasih, engkau telah menjadi sosok ayah yang baik. Sosok suami yang baik untuk ibu.
Engkau adalah ayah yang terbaik di seluruh dunia. Walaupun mungkin aku belum bisa dan mungkin tidak akan bisa  membalas apa yang telah engkau berikan kepadaku. Sosok Ayah yang hangat, yang tiap malam menceritakan dongeng nabi-nabi kepadaku. Ayah yang hebat, yang pernah memboncengkanku naik vespa ketika aku harus mengikuti lomba-lomba di Blora sampai malam sekali.
Itu Kenangan yang amat sangat indah, Ayah.

Sayangnya engkau terlalu cepat meninggalkan kami. Sebelum anakmu ini bisa menjadi sesuatu. Sebelum aku memperkenalkanmu pada pendamping hidupku dan menjadi wali nikah untukku..
Tapi sudahlah..
Ynag penting sekarang engkau telah bahagia disana..
Semoga Allah menempatkanmu di Surga-Nya..
Amin.

*Bahagia memilikimu :)


                                     

                                                






Tidak ada komentar:

Posting Komentar