Minggu, 06 Desember 2015

Teruntuk suamiku..

Sayang..
Aku ingin mengungkapkan apa yang seharusnya aku ungkapkan secara langsung ke kamu..
Tapi tidak,
Kali ini aku ingin menuliskannya saja..
Terkadang tulisan dan visual lebih keras berbicara dibandingkan dengan apa yang lisan ini ucapkan..

Sayang..
Semenjak saat itu,
Aku menggantungkan semua harapan ke kamu.
Semuanya.
Lahir batinku.

Aku mungkin terlalu polos.
Atau mungkin naif.
Aku menganggap semua orang itu sempurna.
Dan karena itu, aku mungkin terlalu berharap lebih kepada mereka. Dan berpikir selamanya mereka akan berbuat baik dan sesuai dengan harapanku yang ada di kepala.
Padahal aku salah. Tidak semua orang akan luput dari apa yang bernama salah.
Pun juga aku..

Mungkin aku egois.
Karena ketika aku melakukan kesalahan, aku ingin dimaklumi.
Tapi ketika suatu saat kamu melakukan kesalahan, aku berharap aku punya jiwa yang lapang untuk memaklumi kesalahan kesalahanmu.

Aku akan memberitahumu apa apa saja yang mengganggu.
Karena pengalaman mengajarkan,
Memendam sesuatu, diam saja kemudian mencoba berdamai dengan hati sendiri itu nanti akan merugi.
Bagaimana tidak,
Aku gondok sendiri,
Kamupun tak tahu apa salahmu,
Lalu tiba tiba seperti bom waktu.
Meledak dan habis sabar.

Menikah.
Tak hanya menanggalkan status dari single menjadi married.
Ada hal hal yang harus dijaga setelah itu.
Ada hal hal yang memang harus dilepaskan ketika menikah.
Aku telah selesai dengan masa laluku.
Aku ikhlas melepas euphoria dengan teman teman sepermainanku.
Aku menjauhi hal hal yang sekiranya tak pantas dilakukan oleh orang yang tak lagi lajang.

Sayang ..
Ketika aku memutuskan untuk menjadi pendamping hidupmu,
Aku benar benar ingin menjadi yang terbaik bagimu.
Walaupun aku tahu, beberapa hal memang benar benar harus kamu maklumi.
Pekerjaanku, kepribadianku, atau mungkin ketidakbecusanku mengurusi kebutuhanmu ay..

Aku belajar menjadi istri yang baik.
Semoga kamu disanapun berlaku hal yang sama dengan yg aku lakukan juga disini..

Sepenuhnya aku percaya kamu ay..
Benar benar percaya.
Walaupun terkadang setan di kepala membujukku untukku berpikir demikian dan demikian ketika kamu jauh dari aku ay..
Tak ku gubris mereka.
Aku lebih percaya tatapan matamu dan keteguhan hatimu untukku.

Banyak harapan tergantung ke pundakmu ay..
Sebagai suamiku.
ayah dari anak anak kelak.

Semoga Allah senantiasa memberikanmu jalan yang terang.
Kesehatan.
Rejeki yang halalan toyyiban.
Dan limpahan kasih sayang dan kekuatan serta kemudahan dalam setiap langkah dalam tugas yang kau emban.
Sebagai suami.
Sebagai karyawan.
Sebagai anak.
Sebagai kakak.
Sebagai saudara.
Sebagai calon ayah.
Dan sebagai makhluk sosial lainnya.

Teruntuk suamiku tersayang.
Doaku sepanjang jalan.
Kita raih ridhoNya bersama sama.
Semoga kita bisa menguatkan dalam segala hal..

Terima kasih atas segalanya..
Maaf..
Jika aku banyak salah..
Yang sama sekali tak sempurna.