Selasa, 05 Februari 2013

Aku dan Emakku


Well, ini adalah tulisan ku yang pertama di blog ku ini..
Dan orang yang ingin ku bahas di tulisanku yang pertama ini adalah "emakku" .
Yups, ini bukan berarti aku mengesampingkan betapa spesialnya bapakku, tapi memang emakkulah yang paling ingin kumuliakan terlebih dahulu di blog ini.
Maap juga ya buat para mantanku..(kalian mungkin akan ku bahas nanti-nanti kalau aku lagi mood). hehehe.

Emakku, namanya Bu Sri Handayani..
Sosok sederhana dengan sejuta pesona , hihihi.
yang berhasil memikat seorang lelaki yang bernama Muhammad Ishadi Shobandi (bapakku.. hehe)

Emakku, seorang guru SD. 
Menyenangkan bagiku memiliki seorang ibu yang berprofesi sebagai guru.
Karena apa?? Aku ga perlu les lagi.. Les nya gratis di rumah sendiri .hihihi. Walaupun kadang saking aq ga mudhengnya, aku malah nangis ketika diajarin . sampai kadang ibukku gemes ma aku. Tapi gapapalah, pengorbanan emakku terbalas, Alhamdulillah selama  di SD aku berhasil menduduki juara 1 dan beberapa kali diikutkan lomba tingkat kecamatan dan maju ke kabupaten . Dan semangat untuk belajar itu kemudian terus berlanjut hingga SMP, SMA ,  ketika aku memasuki bangku kuliah bahkan sampai aku bekerja sekarang. (Thank a lot mommy).

Kini setelah aku dewasa, aku makin dekat dengan sosok yang ku panggil ibu itu..
Aku jadi tahu bagaimana beratnya menjadi seorang ibu. Walaupun kadang ibu terlihat cuek kepadaku, tapi ternyata dalam cueknya itu ibuku selalu memantauku dari jauh. sejak SMP aku sudah jauh dari kedua orangtua, Pulang paling hanya seminggu sekali. Dan itupun hanya sehari aku dirumah. Sekarang sudah kuliah , sudah kerja. Semakin jarang pula aku pulang untuk melihatnya. Kadang aku berpikir, kalau aku pulang sekali dalam 1 bulan, dalam 1 tahun aku hanya akan bertemu ibukku selama 12 kali (Taruhlah sekali pulang aku bisa bertemu 2 haripun, 2x12 =24 hari. Paling ditambah dengan cuti bersama dan itu juga ga banyak. Jumlah yang amat sangat kurang bagiku. Terlebih lagi kalu nanti aku sudah berumah tangga. Ibu, maafin aku ya. Mungkin dalam hatimu , engkau juga tidak ingin jauh dengan anak-anakmu. Terlebih lagi setelah engkau ditinggal dua orang terkasih dalam kehidupanmu untuk selamanya. Adikku, Tria Nur Aini Musdalifah dan Bapakku, Muhammad Ishadi Shobandi meninggalkan kehidupan kami selang 2 tahun saja . 2008 dan 2010. Bapakku pergi 2 tahun setelah adikku. Aku tahu ibu, itu adalah cobaan yang maha dahsyat bagimu.Aku tahu.. mengapa engkau sampai kehilangan binar matamu..Aku tahu, betapa engkau setelah itu berjuang untuk tetap bertahan bersama dengan kami dengan apa yang kita miliki. Walaupun pada saat itu kita sama- sama rapuh. Mungkin kesehatanmu pasca kejadian itu juga terganggu, saudara-saudara juga menghawatirkan ibu, sampai-sampai ibu mau mau dibawa ke psikolog. Aku yang tahu keadaanmu itu, hampir-hampir tidak kuasa. Aku tidak tahu bagaimana caraku untuk bisa menguatkanmu , ibu. Aku hanyalah gadis biasa yang Cuma bisa memelukmu dalam diam dan mendoakanmu dalam setiap salatku. Ketika itu, aku juga merasa belum belum bisa membanggakan dirimu, ibu. Ketika itu aku belum bekerja, belum bisa sedikit mengurangi bebanmu. Tapi , kini, kita bisa sedikit tersenyum ibu, kita dapat melewati ini semua dengan baik. Kita menjawab ujian Allah dengan hati ikhlas. Walaupun pada kenyataannya ini semua berat sekali untuk kita. Tidak semua orang diuji seperti kita, kita adalah orang pilihan, ibu..

Ibu, sampai aku sebesar inipun, aku tetap merepotkan ibu. Ibu, satu hal yang tidak bisa aku lupakan salah satunya adalah ketika engkau dengan amat sangat sabar merawatku ketika aku sakit di rumah sakit. Engkau dengan setia menemaniku, tidur di tikar, di lantai rumah sakit yang dingin itu. Menyuapiku, memberi semangat ketika aku telah merasa muak dengan segala suntikan di lengan ini, dengan semua obat yang masuk ke tubuh ini. Sampai-sampai, aku mandi pun engkau yang memandikanku (agak memalukan memang, hehe). Tapi inilah kenyataan kasih sayangmu, ibu. Aku yang kini berusia 23 tahun, tetap diperlakukan seperti gadis kecilmu dulu. Betapa ini amat sangat menyentuh ruang haru ku.

Banyak hal yang telah kita lewati bersama ibu, saat-saat dimana saya juga harus menerima kenyataan bahwa saya juga harus berpisah dengan seseorang yang saya rencanakan sebagai pilihan hati. Ibu dengan senyumnya, menyerahkan semua keputusan berat itu kepadaku, membiarkanku mengambil sikap . Karena , bagi ibu, kebahagiaan ku itu adalah aku sendiri yang menciptakan. Bukan orang lain. Ibu sebagai orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sungguh bijak sekali. Begitupun ketika aku menyampaikan lara hatiku, ibu hanya berkata “ Kenapa kamu membiarkan dirimu menyimpan ini semua seorang diri? Mengapa tidak menceritakan dari dulu-dulu?”. Saya, Terdiam.

Takkan mungkin menceritakan pengalaman ku dari lahir sampai sekarang dengan ibukku disini. Karena berjuta-juta artikelpun ga mungkin muat untuk menceritakan ini semua.
Yang jelas, aku sayang ibu..Aku tahu apapun yang nanti akan kulakukan untuknya nanti, tidak akan pernah bisa membalas secuil kukupun atas apa yang telah beliau berikan kepadaku. Aku hanya berharap, suatu saat aku akan bisa membahagiakannya dengan caraku sendiri. Semoga, apa yang telah beliau teladankan , bisa kuikuti untuk rumah tanggaku kelak. Dan semoga, engkau bisa melihat anakmu ini menjadi orang yang berguna dan sedikit bisa membuat mu bangga dengan apa yang kini sedang kuukir dalam perjalanan hidupku.

Terima kasih ibu, ibu telah menjadi ibu terhebat yang ada di dunia. My mom, my everything..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar