Senin, 09 Maret 2015

Cinta itu ya begitu itu.

Hahaha. Ntah apa yang mendasariku menulis kali ini.
Aku lagi makan kerang ijo. Rasa blackpaper ma rasa nggemeske.

Ntah ada apa dengan makanan itu. Tiba tiba aja aku pengen nulis cinta itu ya begitu itu. :D

Well. Dulu aku pernah kesini. Dengan seorang yang kutahu tapi tidak benar benar mengenalnya. Dia anak teman bapakku. Seorang bussinesman. Ntah. Tapi memang dia pengusaha. Baik. Tapi akhirnya ga sejalan. Menghilang begitu saja.

Ya. Lupakan.

Itu tidak jodoh namanya.

Sempat dekat dan menghilang.

Tuhan mematahkan hati satu sama lain. *itu juga kalau ada yang patah dan bersedih karenanya sih. Haha.

Tapi begitulah Tuhan sekaligus juga sedang menyelamatkan satu sama lain. Dengan caranya.

Tidak diijinkan bersama. Well. Terima saja.

Ya begitu itu kadang, Ada orang yang benar benar suka. Sayang . rela melakukan apa saja dan itu nyata di depan mata. Tapi apa? Kamu ga menyukainya? Kamu hanya menganggapnya teman? Dan sebaliknya kamu malah penasaran sama orang yang cuek bebek , sok cool dan atau bahkan ga ada romantis romantisnya sama sekali? Heloo. Ada yang mengalaminya? Banyak!

Apa siii.. Ironis sekali. Masi banyak good boy di dunia ini. Good boy mengejar good girl. Good girl mengejar bad boy. Bad boy mengejar bitch. Dan bitch mengejar rich man.
Realita? Yaa..

Akhirnya si goodgirl jadian sama si bad boy. Si bitch jadian sama rich man. Lalu apa kabar dengan good boy? Dengan siapa dia? Hmm..

Kadang manusia itu aneh. Berdoa untuk mendapatkan sosok laki laki yang baik. Sekalinya ada yang baik , alim , eh si ceweknya ga mau. Ya. Dia lebih tertarik dengan yang bikin penasaran. Padahal cowo tersebut bisa jadi bukan cowo yang baik. Kurang greget?? Ya.

Mungkin.

Tidak selalu yang baik akan bertemu dengan yang baik. Banyak contohnya. Tapi aku percaya akan teori kesesuaian..resonansi. Teori yang menyeleksi manusia berdasarkan frekuensi alami yang timbul dari dalam diri.

Aahhhh..

Tepok jidat.

Semoga yang baik akan mendapat yang terbaik pula. Mungkin sudah saatnya bertanya dalam hati. Siapa sebenar benarnya yang baik hati. Tak hanya mata yang memandang. Saatnya pake nurani. Yang bisa mengerti. Memahami dan menyayangi dengan sepenuh hati. Tanpa modus dan tanpa ada aroma fulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar