Rabu, 05 Februari 2014

Kegalauan akan Senyawa "Phenilethylamine"

Sempat tergelitik ketika membaca artikel tentang "reaksi kimia orang jatuh cinta" punya ILmi Mayuni Bumi..
Ya..
artikel yang menjelaskan secara ilmiah tentang jatuh cinta.
Tau apa artikel itu isinya?

Katanya, berdasarkan penelitian, ada sebuah senyawa yang diinisiasi dalam tubuh manusia saat seseorang itu jatuh cinta. senyawa ini bisa menjadi salah satu faktor dalam keharmonisan rumah tangga dan kebahagiaan hidup. salah satu senyawanya adalah phenilethylamine. senyawa yang lain adalah “hormon-hormon kebahagiaan” yang bertanggung jawab atas segala kejungkirbalikan manusia ketika falling in love yaitu :
* Pheromones : bikin naksir seseorang, bikin ngelamunn.. dan membayangkan dia terus
* Oxytocin : bikin kangennn, pengen liat orangnya bentar ajah—liat doang beberapa detik
* Vasopressin : bikin setia, “you know you are the only one..”
* Norepinephrine : bikin semangat, hepi, ceria, bahagia, pengen senyum terus, jadi makin cantik/tampan

Oke, kembali ke phenilethylamine—berdasarkan sebuah penelitian juga, ternyata hormon ini hanya bertahan efektif 2-4 tahun sejak jatuh cinta. Padahal berkat hormon inilah seorang manusia bisa kesengsem, deg-degan, bahagia, dan beberapa gejala lain yang menimpa seseorang yang falling in love.

Mengapa saya bahas ini kemudian? apakah saya jatuh cinta? Mungkin lebih tepatnya mempersiapkan diri untuk jatuh cinta. Cinta yang bukan monyet. haha. Akan tetapi cinta yang berujung pada tahap yang lebih mendewasa, Pernikahan.

Ya, sayapun ingin menikah. Siapa yang tidak ingin? Semua orang normal ingin.

Jadi masalhnya kemudian adalah apa yang saya tulis di atas, kegalauan atas senyawa yang bernama "phenilethylamine".

Mengapa? Yaaa.. karena umurnya yang hanya 2-4 tahun itu..

Bagaimana jika menghilang ? Apakah itu suatu ilmu yang pasti?

Contohnya saja begini lah,
ketika masih pacaran. Ketika anda sampai pada usia pacaran 2-4 tahun, apakah sedikit demi sedikit rasa kesengsem, deg-degan, bahagia, akan menghilang? Katanya jika hormon yang menyebabkan rasa itu dieksploitasi terus menerus, maka akan menipiskebal” dengan pemicu-pemicunya, begitu selama hampir 4 tahun sampai akhirnya mungkin hilang sama sekali.

Horror ?

Yaaaa... horror sekali bagi saya..
Bagaimana mungkin merecovery senyawa itu lagi dalam diri. Pacaran lama tapi akhirnya mala hilang rasa (belum lagi kalau ditambah masalah-masalah internal yang kemudian membuat satu sama lain semakin jenuh, jengah, dan serasa mau muntah.. haha. bagaimana?? Kemudian putus saja? Haruskah begitu?

Tidak ada transformasi bentuk energi tersebut ketika pacaran : menurut saya.
Jadi memang benar, pacaran itu jangan lama-lama. hahaha..

Lalu?
Saya mencoba untuk tidak berpikir dalam konteks orang Pacaran, akan tetapi orang yang menikah..
Kata dosen saya ketika lagi curcol pas jam kuliah Akuntansi, beliau sempat berbicara bahwa cinta menggebu-gebu setelah menikah itu mungkin hanya sekitar 2 tahun (nah lo, kok masanya lebih pendek daripada usia "phenilethylamine"itu sendiri yang konon katanya bisa mpe 4 tahun?? haha). Setelah cinta menggebu-gebu hilang, selebihnya hanyalah rasa saling toleransi, kerjasama, dan rasa-rasa sebagai layaknya partner hidup. bukan lagi cinta yang gila, cinta buta..
Senada dengan tulisan diatas bukan??

Semalam, saya berbincang hangat dengan seseorang..
Sebut saja Mr.X.
Eh.. hehehe..
masih Tentang kegalauan senyawa "phenilethylamine"

dan saya mendapatkan pencerahan darinya.
Mungkin karena beliaunya sudah expert alias berpengalaman ato banyak membaca, mendengar dan merasakan-saya kurang tahu.. hahaha...

Bahwasanya, 
bagi dia...
statement-statement diatas bisa jadi benar,
Akan tetapi, dia berkeyakinan bahwa kegalauan senyawa "phenilethylamine" dapat diatasi.
Dengan merecovery nya. hmm? caranya?
Untuk cara detailnya dan teknis dilapangannya, coba nanti saya tanyakan ya...
hahaha..

Yang pasti, belajarlah untuk " Saling".
" Saling" yang positif tentunya..
Saling pengertian, saling menghargai, saling menerima kekurangan, dan mungkin saling bertahan,dan menyelesaikan masalah dengan berbasis solusi.
Kalimat yang indah, tapi mungkin juga susah untuk dipraktekkan. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, kata dia.
Nice.
Positif sekali.
Suka !!

Dan saya sepakat apabila pernikahan adalah salah satu cara terbaik dalam mentransformasi energi cinta.
Bosan bisa jadi.
Wajar,
manusia.
Tidak ada yang salah dengan bosan.
Yang menjadi salah adalah apabila bosan tersebut akan merembet pada beberapa perbuatan dosa.
haha..

Jadi apa yang akan dilakukan apabila terjadi kebosanan dalam menjalani hubungan? bagaimana menstransformasi senyawa "phenilethylamine"?
Jika sudah menikah dan punya anak, maka pandang anak, ingat anak.
Itu adalah salah satu cara mempertahankan hubungan. Salah satu bentuk transformasi energi cinta.
Ingat visi misi awal mengapa memutuskan untuk hidup bersama, ingat kata kata "aku menerimamu apa adanya kamu" : Apakah masih berlaku ?
dan tentunya adalah dengan senantiasa bersyukur. Jangan selalu memandang rumput di seberang. Kadang tampak hijau. Tapi kamu kadang tidak bisa membedakan mana yang plastik dan mana yang asli bukan??
Hahaha..
#korban iklan.

Jadi begitulah saya dengan kegalauan dan pencarian pencerahan saya..
Tidak janji bisa menjalani.
Tapi akan mengingat baik-baik dan kemudian berusaha menjalankannya.

Saatnya "mikir tua"
hahaha..

:D



Tidak ada komentar:

Posting Komentar