Minggu, 23 Februari 2014

(Hanya) hasil sebuah renungan : Pendewasaan.

Tuhan saja tidak mewajibkan kita puasa Senin-Kamis..
Tidak pula mewajibkan kita untuk salat tahajud,
Salat dhuha..
Dan ibadah-ibadah sunnah lainnya..

Mengapa kita marah apabila pasangan kita tidak mengantar-jemput kita?
jarang Mengajak jalan-jalan,
jarang Mengajak nonton,
Dan aktivitas bersama lainnya karena sibuk ??

Tuhan saja memaafkan hambanya yang bertaubat,
Lalu mengapa kita kadang susah untuk memberi maaf kepada pasangan kita?
Lupa menelepon,
Terlalu asyik dengan dirinya atau temannya,
Ga ngasi kabar karena ketiduran,
Telat jemput karena sesuatu hal ?

Bukankah itu tidak adil?

Ya memang semua ada toleransinya,
Hal-hal diatas untuk sesuatu yang bersifat wajar.
Bukan sesuatu yang bersifat “kebangetan”.
Tapi mungkin ini berkenaan dengan perasaan, jadi ya hal kecilpun bisa jadi menyebalkan..

Wajar marah, bila memang kita ga dianggap sama sekali.
Wajar berang, ketika mendapati pasangan selingkuh dengan orang lain.
Itu prinsip.

Aku pun demikian.
Marah, jika semua itu memang melanggar prinsip hidupku.
Tapi aku ingin menjadi lebih toleran sekarang,
Berusaha sekuat mungkin mengerti, memahami keadaan.
Karena ga munafik, semua itu memang menjengkelkan.
Tergantung bagaimana sekarang aku mengolah perasaan (sebenarnya).

Karena aku belajar,
Ya, aku belajar..
Dari guru besar (baca : mantan-mantan)

Pernah merasa diposessifi ;
Dan pernah pula merasa tidak menjadi prioritas (baca : dicueki).

Ya, 
dan akhirnya membawaku pada sikapku yang sekarang.
Lebih mengurangi “pengharapan” yang berlebih.
Alias ga mau terlalu berharap.

Berharap boleh, sah-sah saja.
asal tidak berlebihan.
Tetap- sisakan sedikit ruang untuk kecewa.
Karena ada Faktor X, yaitu factor tangan Tuhan,
dan selebihnya adalah faktor "force majeure" alias keadaan kahar.

Woles..
Ya, itu jalan terbaik.
Karena ga semua orang mengerti apa yang kita inginkan,
termasuk pasangan.
Apalagi kalau hanya merangkumnya dalam diam.
hmm?

komunikasi.
2 arah.
Bukankah begitu seharusnya orang yang saling mencinta?
Itulah cara “saling” yang harus dilakukan.
“Saling”..
Saling memahami,
Saling mengerti,
Saling menyemangati,
Saling menerima kekurangan.

Dan jika aku mendapatkan lebih dari yang aku harapkan, anggap aja itu "bonus".

Apa yang anda rasakan ketika mendapat bonus?
Senang bukan?
Tidak menyangka bukan?
Jadi, lebih baik aku tidak terlalu tinggi terbang membawa harapan,
Karena ketika tidak sesuai yang ada di kepala,
kita Jatuh, sakit kan??
Jadi berekpektasilah secara biasa-biasa saja.

Optimis dan realistis.
Ya,
Itulah aku yang sekarang.
Pengalaman memberi dampak yang luar biasa.
Sekali lagi, terima kasih mantan..
Semoga setelah ini aku mendapatkan pasangan yang bisa saling menerima kekurangan..

:)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar