Minggu, 26 Mei 2013

Aku, Ayahku, dan Vespa (nya) : True story


VESPA???

Yups..

Begitu familiar nama benda itu dalam kehidupanku..
Mengapa??

Karena saya dibesarkan bersama vespa..

Lha??
Maksudnya dari kecil aku uda terbiasa naik vespa. Bukan nyetir sendiri sih, tapi dibonceng di depan oleh bapakku.

Secara, bapakku adalah penggemar vespa. Tunggangan pada jaman itu adalah vespa dan motor bebek warna merah ntah merk nya apa..hehe.

Begitu banyak kenangan dengan bapakku dan juga vespa-nya. Vespa warna biru laut dengan body yang agak besar dan lampu depan yang agak kotak. Yah, vespa itu adalah vespa peninggalan eyang kakunbgku, Mbah K.H Dasuki :)

Ketika akhirnya vespa tersebut diturunkan kepada anaknya, Bapakku..

Vespa itulah yang kemudian menjadi saksi bagaimana aku berangkat sekolah tiap pagi. Aku berdiri di depan (Karena memang waktu SD aku "kuntet" sekali sehingga berdiri di depanpun tidak akan menghalangi bapakku untuk mengemudi. hehe), dan kakakku duduk di belakang. Setiap pagi ayahku mengantarkanku ke sekolah dan kemudian melaju bersama vespanya ke sekolahnya sendiri tempat ia mengajar. Saksi perjuangan ayahku ! 
Vespa itupula yang mengantarku mengikuti lomba-lomba ketika aku harus maju ke Kabupaten. Blora, 40 KM dari rumah, dengan bapakku, vespanya dan kembali dengan gelar juara 
(Walaupun maksimal no 2 se-Kabupaten dan beberapa nomor lainnya). Unforgetable !!!

Dengan vespa itupula bapakku pernah ga sengaja menabrak seorang anak kecil. Bukan salah bapakku saya rasa, tapi karena memang anak kecil tersebut serta merta lari ketika bapakku sedang mengemudikan vespa-nya tanpa sempat untuk menghindarinya. Puskesmas!! Tentu saja. Karena kepala anak kecil tersebut mengalami luka sehingga harus dijahit. Ayahku orang yang bertanggung jawab saya rasa, karena beliau kemudian menanggung semua biaya perawatan, tiap hari menjenguknya, membawakannya makanan, dan setelah itu, menganggap mereka saudara juga.

Vespa bapakku itu, mungkin sering mogok (Karena memang jadoel),  sedikit merepotkan, karena starternya harus pake kaki dan itupun harus dilakukan berkali kali sampai menyala, dan mesinnya yang ada di sebelah sehingga otomatis beratnyapun akan condong kesebelah. Satu lagi !!! ketika mau stater kudu dimiringkan ke kiri dulu. huhuhu. 

Ketika aku belajar mengendarai vespa, itulah yang terjadi. Mesin mati tengah jalan dan kakiku sampai lecet karena terpaksa “mancal” stater seorang diri. Dan, jaga keseimbangan ! Tapi aku berhasil setelah itu. Sekarang??? ntah bisa ato berani / tidak. Sudah lama tidak menaikinya, gamang…

Vespa kenangan itu kemudian terjual. Ada seseorang yang berminat membelinya dan ayahku akhirnya melepaskannya. Karena ada vespa ijo tua yang menurut ayahku menarik perhatiannya. Lebih Juaduul. Lampuna bullet dan body nya juga masi oke. Hmm..


Vespa pertama Ayahku. Lihatlah saya, kiri (dengan kaos saja. hadeh) berpose dengan "menjeng"nya bersama sepupu ku othing (tengah) dan kakakku kandung (kanan) 


Tidak terlau banyak kenangan dengan vespa yang ke 2 itu. Karena waktu itu aku sudah besar dan aku tidak terlalu banyak waktu dirumah. Mungkin ke 2 adikku yang kemudian mengukir kenangan bersamanya. Aku hanya ingat, ntah 2 hari ato 3 hari sebelum ayahku meninggal, aku mengantar ayahu periksa dengan motor vespa nya. Huhuhu…

Sekarang, selepas ayahku meninggal, mungkin selama 1 tahunan vespa kedua kami itu teronggok di rumah belakang. Berdebu, ban kempes, dan mungkin mesinnya juga uda sedikit rusak. Pikirku, nantilah kalo aku uda ada pendamping hidup yang mau ngurus vespa itu, akan kuurus. Banyak yang berminat dengan vespa itu. Tapi adikku juga ngotot agar vespa itu tetap berada di rumah kami walaupun teronggok ga ada yang merawat. Aku paham dia, mungkin karena factor kenangan..

Hingga akhirnya, sekarang vespa tersebut di ambil alih oleh adik bapakku untuk dirawat agar mesinnya tetap bisa menyala. Mungkin jika suatu hari aku akan mengambil alih lagi, bisa jadi. Karena aku juga suka vespa, dan tentu juga karena nilai historisnya. Tentang Aku, Ayahku, dan Vespanya..  :)



Vespa kedua ayahku yang sekarang dirawat om ku. Saksi perjuangan ayahku. 


# Ketika menulis ini,
Teriring doa dariku, 
aku, anakmu Ayah..
Semoga kau bahagia disana..
Tenang dalam pelukanNya..
Diampuni segala dosanya dan mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya..
"Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghira"..
Aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar