Selasa, 23 Juni 2015

Suatu malam di Panti Asuh Kyai Ajeng Majapahit

Selasa.
23 Juni 2015.
20.15 WIB.

Speechless.
1 kata.

Ya.
Aku menjejakkan kaki di sebuah tempat yang sebenarnya tidak jauh dari kota.
Tepatnya di Jalan Purwomukti Selatan Pedurungan Lor Semarang.
Akan tetapi..
Apa yang terlihat oleh mata ini adalah sebuah pemandangan yang bisa dikatakan memprihatinkan.

Sebuah panti asuhan.
Panti asuh Kyai Ageng Majapahit. Dengan penghuni sekitar 95 anak asuh dan 6 pengurus.

Malam itu,
Tanpa dinyana,
Sambutan begitu hangat.
Kami dipersilahkan duduk di teras panti. Sedikit berbasa basi tanya ini itu dan menyampaikan maksud kedatangan kami- setelahnya kami mohon ijin untuk melihat keadaan panti. Dan pengurus dengan senang hati mempersilahkan kami.

Masuk ke ruang depan.
Kami disambut pemandangan anak asuh sedang tadarus alQuran. Lelaki semua.

Masuk ke bagian tengah dan kami dapati anak asuh perempuan sedang mengaji pula. Ada anak umur 1 tahun tengah tertidur dengan nyenyaknya diiringi alunan suara AlQuran kakak asuhnya. Ya. Dia paling kecil sendiri. Berasal dari keluarga broken home dan dari bayi dititipkan ke panti oleh orangtuanya.

Aku memasuki ruangan lebih jauh ke dalam.
Kudapati kamar anak asuh perempuan. Tidak luas.
Didalamnya semua anak sedang sibuk mengaji. Sebagian besar adalah remaja. Dengan kondisi kamar seperti itu. Berdesakan mungkin.

Kulanjutkan masuk ke lantai 2 -yang tangganya saja cukup membuatku berpikir 2 kali ketika menaikinya. Ada 1 kamar lagi di atas. Jangan bayangkan kamar yang bagus.
Jangan. Karena yang kudapati tak jauh dari apa yang kulihat di kamar bawah.
Puluhan anak perempuan berkumpul di kamar dan mengaji. Dengan barang disana sini. Kasur untuk tidur disingkirkan dan digelar ketika mereka akan tidur nanti.
Aku yakin mereka tidur dengan berjejer. Mungkin berdesakan.di bawah. Dingin? Mungkin.

Kuucap salam-mereka menjawab. aku mohon ijin untuk mengambil gambar dan meminta maaf telah mengganggu mereka.

Salah satu dari mereka mendampingiku.
Kali ini aku turun tangga.
Tergelitik untuk melihat ruangan di belakang.

Ya.
Ada ruangan untuk mencuci, memasak, dan kamar mandi.
Jangan bayangkan kondisinya layak.
Jauh dari layak aku rasa.
Dengan penerangan yang seadanya.
Aku teriris. Bagaimana jika aku yang harus hidup disitu?

Kali ini aku memasuki ruang tengah.
Aku sempatkan berbincang dengan ibu pengurus panti.
Beliau menjelaskan bahwa panti yang sekarang mereka tempati adalah rumah kontrakan.
Belum hak milik.
Tidak ada donatur tetap.
Dan mereka memang tidak menggantungkan donasi dari mereka.
Beginilah katanya kondisi panti saat ini.
Dengan kondisi rumah yang sempit, yang dihuni sekitar 95 anak asuh mulai usia 1 tahun sampai dengan anak usia kuliah, dengan fasilitas yang seadanya, yang mandi saja mungkin harus antri , yang tidur saja hanya di kasur lantai dan berdesakan dan makan seadanya. Tapi semua disekolahkan.
Baguslah. Pendidikan agama dan formal masih ditekankan.

Ah..
Singgahlah kawan jika engkau ada waktu.
Lihatlah berapa beruntungnya kita.
Betapa nikmat allah atas kita melebihi apa yang kita sangka.
Bayangkan saja jika kita adalah mereka.
Hidup dengan segala keterbatasan.

Kini..
Kita mungkin bisa mengulurkan bantuan.
Bantuan dalam hal apa saja.
Kepedulian.
Ya.
Apa saja.
Tengok mereka.

Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka
kamu akan bahagia.

Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu
semakin kaya.

Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka
kamu akan termotivasi.

Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain . Maka kamu akan dipedulikan…

Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orang itu, maka orang itu akan paham dengan kamu.

Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. tapi menulislah, maka
inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai,maka
kamu akan dicintai.

Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan
tenang. Percayalah,. bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang
lainnya.

Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi
bergeraklah,maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

Jangan menunggu sukses baru bersyukur. tapi bersyukurlah, maka
bertambah kesuksesanmu.

Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah!

So..
Come on.
Joint with us.
Barakallah..
Kita ukir senyuman di bibir mereka.
Ringankan mereka.

Bukankah nabi juga menyuruh kita menyayangi anak yatim dan menyantuni orang miskin??

Welcome..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar