Selasa, 07 April 2015

Wasiat Ayah

Ayah..
Kau telah berpulang 5 tahun lamanya.

Ya. Waktu yang lumayan lama.
Tapi tak bisa sedikitpun aku lupa.  
Semua senyumnya.  
Nasihatnya.  
Wasiatnya.

Ayah, Dalam setiap SMS mu yang kau kirimkan padaku, Selalu diakhiri dengan kalimat ini. Jangan lupa salat. Jaga diri. Jaga iman. Jaga nama baik keluarga.

Kalimat yang amat sangat sederhana akan tetapi mengandung banyak sekali makna.
Dan berat.  
Wasiat dan nasihat yang tak sembarangan.

Wasiat untuk menjaga diri, raga ini. 
Dari segala hal. 
Penyakit. 
Dan hal lain yang membahayakan jiwa dan raga ini.

Wasiat untuk menjaga iman. Kau tau iman kan? Iman seseorang itu naik turun. Tebal tipis.  
Perlu usaha untuk tetap membuat diri tetap istiqamah.

Jaga nama baik keluarga.
Ya, keluarga adalah nomor 1 bagi ayahku. 
Nama baik adalah hal mutlak yang harus tetap dipertahankan.
Jangan sampai perilakuku dimanapun dapat mencoreng dan membuat aib keluarga.
Wasiat yang tak main main beratnya bagiku. Tentunya aku manusia yang tak dapat luput dari dosa. Dari salah. Dari alfa.

Tapi Insyaallah Ayah..  
Akan kulakukan.

Tak gampang menjaga diriku di kehidupan yang seperti ini. 
menjaga Kesehatan dan menjaga diri dari pengaruh buruk lingkungan.
Tak gampang menjaga imanku agar tetap stabil. Menjaga lisanku untuk tetap berdzikir, mengaji, salat tepat waktu, bangun tahajud, puasa senin kamis , bersedekah, dan hal hal lain yang kau contohkan semasa hidupmu. 
Berserah diri, tawakkal , dan senantiasa berjalan lurus di agama Allah.

Apalagi sekarang tak ada yang membimbingku, Ayah..
Dan tak gampang pula menjaga nama baik keluarga. 
Semoga segala perbuatanku nantinya akan mampu membawa harum nama keluarga. 
Bukan sebaliknya.  
Jadilah aku seorang anak yang berbakti pada orang tua. 
Anak yang berprestasi yang mampu mendem jero mikul duwur wong tuwa. Dan suri tauladan yang baik untuk orang disekitarku. 

Semoga saja aku mampu, Ayah..

Kau juga pernah berpesan beberapa jam sebelum malaikat maut menjemputmu..
Kau bilang titip ibu, 
Jaga ibu baik baik. 
Dikuatkan jika ibu goyah. 
Dihibur jika ibu bersedih.  
Mungkin kau telah berfirasat.  
Aku hanya mengiyakan.  
Tak sedikitpun terlintas kau akan berpulang beberapa jam kemudian. 
Padahal kau terlihat sehat.  
Cerah.  
Mukamu bersih bersinar.  
Betapa tampannya , pikirku dalam hati dan tak sempat terucapkan dalam rangkaian kata.

Berat setelah kau meninggalkan kami semua ayah..
Tapi kita mencoba bertahan.  
Melalui semua ini dengan berusaha lapang.  
Ahh. Kasian ibu waktu itu, ayah..

Kini 5 tahun sejak saat itu,  
Masih kurasakan semua petuah petuahmu.  
Terngiang di telinga.  
Masi ada bayang bayang tulisan SMS mu di layar handphone ku.
Yang tak jemu jemu mengingatkanku tentang semua itu.

Kau juga sempat menulis di sebuah kertas yang ku temukan di atas meja yang kau pakai untuk membaca alQuran, bahwa "dunia adalah ladang akhirat".

Kau menegaskan bahwa dunia adalah tempat untuk beribadah. Kebahagiaan yang hakiki adalah di akhirat nanti. Dunia adalah ladang. Dan kau akan memanennya di akhirat kelak.

Banyak hal baik yang bisa kuceritakan tentang kamu Ayah. Seorang guru agama  yang amat sangat sederhana. Ramah. Hangat.

Bahagia memiliki mu dan kisah kisah teladanmu.  
Aku rindu tentang dongeng nabi yang selalu kau ceritakan kepadaku sesaat menjelang tidurku.

Bahagialah disana ayah. Kau adalah ayah yang hebat. Super hebat.

Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani saghira.  

Kado doa untukmu disetiap selesai salatku..

i Miss u..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar