Jumat, 29 Mei 2015

Tragedi uang 2000

Ini tentang tragedi uang 2000.
Tentang betapa hal yang diremehkan bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat berharga.

Ya. Hanya 2000.
Mungkin jika itu ada di kantongmu, bisa jadi uang itu akan terabaikan.
Bisa jadi kau Lempar saja.

Tapi ..
Kemarin.
Merasakan betapa uang 2000 amat sangat berharga.

Di parkiran, kosek kosek uang di dompet dan tak kudapati uang yang ku maksud.
Hanya ada warna biru dan merah di dompetku.
Selebihnya, koin pun tidak ada.
Tumben .
Biasanya tetap ada walaupun sedikit.
Malam itu aku bingung.
Posisi jam 10 malam.
Kuambil uang biru.
Niat hati ingin kutukar dengan uang pecahan setidaknya puluhan ribu untuk bapak parkir yang setia menunggui dari tadi.
Sial. Tak ada yang punya. Atau entah mereka malas mencarikannya. Eh. Kok negatif thingking. Haha.

Tapi yang pasti malam itu aq merasakan betapa berharganya uang receh seperti mereka.
Uang satu jutapun kalau kurang 500 perak juga tak bisa dibilang satu juta.
Begitu kadang ibuku menasehatiku.

Hargai itu walau kecil.
Karena semua berawal dari yang kecil kecil.
Memang benar.

Semua orang berangkat dari titik nol.
Ketika telah mencapai level yang tak lagi nol,
Maka proses dari nol tersebut memang tak boleh dilupakan.

Alhamdulillah.
Pernah merasakan apa yang sebagian orang lain rasakan.
Ketika uang di tabungan habis untuk sesuatu yang lain.
Ketika tidak ada penghasilan lain yang masuk dan kebutuhan terus menerus ada.
Saat itu pula aku merasakan apa yang disebut prihatin.
Begitu rasanya tak punya uang lebih.
Beruntung aku karena uang teralih ke investasi lain.
Lha mereka??
Mungkin tidak ada.
So i say alhamdulillah.

Dari yang kecil kita menjadi besar.
Dan proses menjadi besar harus kita ingat.
Supaya kita tetap ingat bagaimana harus bersyukur.
Keep istiqamah.
Semoga allah senantiasa memberikan rejeki yang halalan toyyiban kepada kita.
Sedikit asal berkah.
Lebih baik daripada banyak tapi tak barokah.

Sabtu, 09 Mei 2015

Tentang si Jackpat.

Namanya Jackpat.
Sebuah aplikasi jajak pendapat.
Harusnya aku dapat fee kalo nulis tentang ini.
Ngiklanke e..
Hehehe..

Bukan.
Aku hanya pengen iseng aja nulis ini.
Seiseng aku ketika download aplikasinya.

Ya.
Aku memang dari dulu suka isi kuesioner jajak pendapat.
Apalagi kalo ada point dan bisa di reedem.
Wkwkwk.
Dari kuliah malah.
Iseng iseng berhadiah.

Memang si hadiahnya tak seberapa.
Paling juga pulsa 10 rb sampai 100 rb.
Atau kalo ga gt ya voucher belanja, headset, USB (bukan UPS, hehe) dan donasi ke tempat tertentu. Sesuai dengan point yang didapat setelah isi kuesionernya lah.

Namanya juga iseng.
Namanya juga manusia, suka gratisan.
Hehe.
Beberapa kali uda pernah dapat voucher belanja dan nukerin pulsa.
Lumayan.

Pertanyaannya si macem macem.
Kadang pengen join.
Kadang ya dicuekin saja.
Namanya juga sesuai mood.

Pertanyaan tentang kesehatan, rutininas sehari hari, pendapat tentang suatu produk, tentang hubungan juga ada.
Yang parah bagi jiwa ini adalah survey yang ngasi pertanyaan tentang nikah.
Haha.
Hampir ada 3 kali aku nulis lalu hapus. Nulis hapus.
Alamakkk.. kebangetan pula surveynya.
Maksudnya apa?
Kepo amat.
Ga cuma orang orang sekitar yang nanyain tentang itu, si Jackpat juga ikut ikutan.
Aahhh, Jack..Jack..

Lalu ntah apa modusku sebenernya.
Yang pasti aku menikmati isi kuesionernya.
Sesekali buat ngisi kesibukan juga.
#kayak kurang sibuk aja :D

Ahh .
Ben lah..
Yang penting aku senang.

Senin, 04 Mei 2015

Kemarin...

Kemarin.

Tangis tak terbendung lagi.

Selama 5 musim lamanya aku berpisah dengan mereka.
Selama 5 musim pula banyak hal yang terjadi. Yang mengubah seluruh tatanan hidup yang biasa kulakukan.

Kemarin.

Teraduk aduk rasanya.
Rindu.
Ya.
Aku rindu mereka ternyata.

Kita terpisahkan.
Seiring dengan pupusnya kisah.

Mama.
Papa.
Aku memanggilnya demikian.

Memang bukan orang tua dalam arti yang sebenarnya.
Bukan.
Mereka bukan orang tua kandungku.
Sama sekali.

Akan tetapi rasaku dan rasa mereka mungkin lebih dari rasa yang dimiliki orang biasa.

5 musim telah merubah segalanya.
Aku rindu.

Aku nekat menemui mereka.
Dan aku tak kuasa menahan segala haru biru.
Hanya ada isak tangis.
Terlalu sayang.
Eman.

Aahhh.  Mengapa dulu aku memutuskan demikian?

Kini kulihat tubuh papa renta.
Rambut putih hampir merata.
Tubuhnya tak lagi segar.
Kuraba.
Hangat.
Kulitnya tak kencang.
Kurusan.
Dan di tangan kanannya ada bekas lubang tusukan jarum yang setiap hari ditancapkan.
Sedangkan tangan kiri tertancap selang infus.

Ahh..
Kemana tubuh yang dulu gagah perkasa?
Suara yang lantang?
Dan kini kupandangi mata yang keluar air mata ketika aku pun menangis untuknya?
Tanya lirih pun tertuju kepadaku.
Aku menjawab.
Bergetar.
Tubuh,
Dan suara dari pita suaraku.

Ahh.
Aku tak menyesal.
Aku hanya menyayangkan.
Aku akhiri kisah dan aku berpisah dengan kalian.

Setelah 5 musim yang panjang.
Aku berdiri di depan mereka.
Bukan untuk mengiba.
Tapi untuk bukti bahwa aku sebenarnya sayang mereka.
Sama dengan sayangku ke orang tua ku sendiri.
Aku hanya menjaga jarak.
Tapi doaku tak berjarak.
Dalam malamkupun aku masih memimpikan.
Kapan aku berani beradu pandang dan menyapa?

Kemarin doaku terjawab.

Semua tak semenyeramkan yang ada di pikiran.
Yang ada hanyalah isak tangis, peluk haru, dan suara lirih.
Semua menangis.

Ketika kutampakkan sosokku di hadapan semua.
Aku tak sembunyi.
Sama sekali.
Aku hanya menunggu waktu yang tepat.
Sama seperti waktu itu kemarin.
Kau tak tahu bagaimana menjadi aku.
Menahan rindu ketika kurasakan juga tak kuasanya ragaku menghadap fisikmu.

Aku lemah dihadapan kalian mah,pah !

Bisa saja aku melakukan apapun yang kalian inginkan.
Sungguh.
Berpisah dengan kalian bukan suatu pilihan.
Itu dampak dari suatu keputusan..
Dan aku tak menyesali keputusan itu.
Aku hanya sayang.
Setelahnya aku lega.

Aku tau kalian juga menyayangkan.
Tapi kalian adalah juga malaikat tak bersayap.
Tak beda dengan orang tuaku sendiri.
Itu yang membuatku tak ingin kehilangan kalian lagi.
Walaupun memang tak ada rencana untuk mengulangi kisahku dengan anakmu lagi.

Biarlah pah mah .
Terima kasih ..
Atas cinta kalian.
Aku bukan siapa siapa.
Tapi dengan kau memperlakukanku seperti seorang kesayangan,
Aku menjadi lebih dari siapa siapa.
Itu yang kurasa.
Aku merasa,
Aku istimewa.
Terima kasih atas segalanya.