Senin, 16 Desember 2013

Saya dan Sopir Taksi : Edisi Syukur Nikmat

Perjumpaanku dengan sopir taxi Puri Kencana pagi ini tidak kusesali..

Yang semula aku "menggrundel" dalam hati , karena harus berjalan kaki sampai daerah Java Mall (sekitar 10 menitan) dengan menenteng berkas di tangan kanan dan helm di tangan kiri, hanya untuk mencari taxi.

Bagaimana tidak?
Bapak itu kemudian membahas sesuatu yang kemudian menyadarkanku untuk tetap bersyukur dan lebih bersyukur..


semula bapak itu mengira saya adalah seorang mahasiswa yang mau kuliah.

"Kuliahnya jam berapa mb??"
"Saya sudah bekerja bapak"
"Dosen atau bagaimana mb??"
"Hanya admin di keuangan rektorat Bapak, bukan dosen"
"Waah.. hebat itu, berarti sudah PNS ya?"
"Alhamdulillah , sampun Bapak. Dan alhamduillah juga masuknya ga pake uang. hehehe"
"Bagus nok, pinter"
"Nggih mungkin sampun rejekinipun Pak"

"Lha ini kok naik taxi mb?"
"Nggih Bapak, kunci motor saya kebawa teman kantor saya Pak. Baru pas pulang lembur semalam saya sadar kalau motor saya dipinjam dan kuncinya belum balik. Nek sampun asyik kalih kerjaan nggih ngeten niki"
"Akhir tahun?"
"Nggih Bapak, Sabtu Minggu mawon mlebet"
" Nggih disukuri Mb, banyak orang lain diluar sana yang belum menjadi PNS. Sukur - sukur pegawai negeri, di luar sana banyak yang belum mendapat pekerjaan. Saya dulu juga kerja di Kodya, saya pegawai kontrak, tapi pas ada pendaftaran PNS saya ketinggalan. Engga diangkat-angkat juga akhirnya saya memutuskan keluar".

"Mbak harusnya ,melihat kebawah, agar bisa ikhlas, tidak jengkel dan sebagainya ketika mbak merasakan pekerjaan yang dilakukan sekarang terasa berat. Kalau tidak melihat kebawah, nanti bisa kufur nikmat. Mbak masih muda, sudah PNS, hebat itu. Umur nya berapa mb?"
"24 tahun, Bapak"
"Masih muda sekali. Pas ketrima PNS?"
"21 tahun Bapak"
"Mbak beruntung, bersukurlah mb"
"Nggih bapak"

Senyum simpul.

Hening.

"mbak asli pundhi?"
"blora , pak. Bapak ibu juga asli Blora"
"Bapak ibu masih lengkap?"
" Bapak sudah meninggal , Pak. "
"Oh"

Hening lagi..

"Masih harus tetap bersyukur ya Mbak.. Saya dari umur 10 tahun sudah yatim piatu. Tidak hanya yatim, tapi yatim piatu. Wajah ibu saya masih bisa sedikit mengingat. Tapi wajah Bapak sama sekali"

"Ya Bapak. Walaupun saat bapak meninggal, kami yang ditinggalkan posisi masih lemah. Ibu lepas kehilangan anak yang ke 3 , mbak dan saya masih kuliah dan belum bekerja sedangkan adik kami yang paling kecil baru berusia 10 tahun dan tidak mengerti apa arti kehilangan orang tua"

"Setidaknya mbak sekarang sudah memperoleh posisi yang bagus. Bisa bekerja di Pemerintahan, PNS pula. Jarang ada yang semulus karir Mbak. Itulah namanya rejeki, satu hilang pasti akan diganti Allah yang lebih baik lagi. Yaitu.. Mbak sendiri bisa jadi Pegawai Negeri. Sudah tidak merepotkan orang tua"

"Hmm.  iya bapak"

Tak terasa taksi sudah sampai di depan rektorat Undip. 

"Bapak doakan semoga mbak sukses terus ya karirnya. Biasa mbak, bekerja apalagi kalau posisinya bagus pasti banyak yang tidak suka. Yakin sama yang punya kehidupan. Allah. Selagi kita benar, ya tetap maju aja mbak. Pertolongan itu pasti akan datang.

"Nggih bapak, suwun"

Dan akupun melangkah menuju tangga rektorat dengan langkah yang lebih ringan. Ringan, karena aku tahu, walaupun pekerjaan yang saat ini ku emban bukanlah pekerjaan yang gampang, akan tetapi aku tidak boleh mengeluh. Benar apa yang dikatakan Bapak tadi, kalau ingin mengeluh, coba pikirkan orang-orang yang lebih tidak beruntung dari kita. Orang yang tidak bisa merasakan nikmatnya bekerja misalnya.

Jadi...
Apapun itu, bersyukurlah..

Bapak sopir taksi yang bijak :)